Postingan

Tulisan Hukum Jenaka Namun Bernas? Sik to.. Sik to! Saya Tanya lo ini..

Gambar
“Dek, kamu itu bisa kena pasal 351 KUHP dan nanti bisa ditahan lo!” “Lha ngopo kok gitu, mas?” “Iyo, kamu itu telah menganiaya hati dan perasaanku dengan sikapmu belum menerima cintaku. Mbok yo dipikirkan lagi to, dek!”     Ndausah ditanya gambarnya mana, editornya lagi bingung mau diisi apa   Menulis adalah kegiatan yang sangat mudah dan mengasyikan bagi mereka yang lihai menyusun kata demi kata menjadi kalimat memikat. Menghadap mesin ketik -red:komputer- membiarkan jari menari-nari di atas keyboard betuliskan huruf-huruf abjad. Tanpa musik mengiringi, jari-jemarinya sudah menari bagaikan ballerina atau jaipongan di atas pentas. Ingat, itu bagi mereka yang lihai! Sampean? Paling kok belum lihai? Bagi yang sudah lihai dalam menyambung kata-kata menjadi suatu kalimat, itu sangat mudah. Dalam setiap kalimatnya akan saling terus bersambung hingga membentuk sebuah makna. Kebanyakan tulisan dari mereka akan memberikan sebuah pemikiran baru -ya minimal sudut pand...

Masyarakat dan Pidana Pemerasan di Dalamnya Yang Tanpa Disadari. Sik to.. Sik to!

Gambar
Kecuali daerah kita istimewa seperti Aceh, disana bisa dikenakan pidana Islam. Contohnya hukum cambuk bagi yang melakukan tindakan asusila. Itu juga yang melakukan penegakan hukum adalah polisi syariah, bukan warga. Kita hanya bisa mencegah dan mengamankan.  Jawab pemuda tersebut sambil menjelaskan sedetailnya, namun tetap belum detail juga. Bisa sampai 6 sks sendiri apabila dijelaskan semuanya. Sudah seperti kuliah hukum pidana dan hukum adat saja.   Konsep negara Indonesia sebagai negara hukum sesuai dengan Pasal 1 ayat (3) UUD 1945. Bisa dilihat disana tertulis “Negara Indonesia adalah negara hukum”. M. Yamin menyebutnya sebagai rechtstaat, jelasnya ia menyatakan bahwa Republik Indonesia adalah negara hukum, tempat keadilan yang tertulis berlaku, bukanlah negara polisi atau negara militer tempat dimana mereka mengatur pemerintahan dan keadilan. Bukan tempat badan yang berkuasa bisa melakukan kesewenang-wenangan. Artinya, segala sesuatu yang dilakukan patutlah berdasarka...

Orang Tua dan Anak Sama Sedang Belajarnya !

Gambar
“Kalau belajar yang benar biar ndak hilang jawabannya!” Perintah wanita itu pada seorang bocah. “Ibu lah, marah-marah, jadi hilang jawabannya. Tuh kan hilang otaknya!” Maklum, anak kecil yang masih terbawa suasana hati dan emosi (moody). Jadi, apa yang dirasakannya itu yang diucapkan. Sementara itu terdengar suara seorang laki-laki yang sedang merekam polah ibu dan anak tersebut. Otaknya hilang ! Terlihat ibu-ibu sedang mengaji (belajar) Seorang anak kecil yang ikut Ummiknya mengajar Beberapa hari ini sempat terfikirkan bagaimana masa depan pendidikan? Banyak dari generasi sekarang memikirkan profesi daripada kebermanfaatan ilmu. Apabila benar begitu, masihkah bisa disebut manusiawi? Di masa yang sulit seperti ini, negara sedang dilanda wabah yang membuat sulit berbagai sektor di dunia. Terutama yang paling terdampak adalah ekonomi. Tidak bisa lepas dari itu, sektor pendidikan pun juga ikut terdampak. Pengalihan metode belajar yang awalnya dilakukan secara langsung, bertatap muka...

Soekarno dan Perempuan

Gambar
Soal perempuan itu soal yang amat penting. Soal perempuan itu adalah soal masyarakat! Dalam bercinta, lelaki berbangga dengan kemenangannya meraih perempuan, sedangkan perempuan berhias dengan ketaklukannya di hadapan lelaki. Lelaki berbangga dengan mengatakan, “Aku telah menaklukkan perempuan A, B, dan C,” dan perempuan berbangga dengan mengatakan, “Aku telah menolak lelaki A, B, dan C.” Ketika seorang lelaki menangis di hadapan perempuan, sesungguhnya ia telah menyentuh keangkuhan perempuan itu, dan ketika seorang perempuan menangis di hadapan lelaki, sesungguhnya ia telah menimbulkan rasa iba lelaki kepadanya. Lelaki memahami apa yang dia dengar, sedangkan perempuan mendengar apa yang dia tidak pahami. Tulisan di atas adalah beberapa kutipan dari Habib M. Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul Perempuan. Perempuan memang menarik untuk dibicarakan. Semua keindahan yang ada dalam dirinya sudah jadi pasti menarik perhatian dari lelaki yang memandangnya. Tanpa suatu sentuh...

Pukulan Berat Presiden Jokowi Dua Menteri Dalam Kabinet Mengundurkan Diri Saat Pandemi

Gambar
Saya merasakan apa yang dirasakan oleh Pak Luhut dan Dokter Terawan. Apalagi jari dari netijen Indonesia sangatlah kejam dalam berkomentar, tajam bagaikan pedang. Mirip seperti lidah tak bertulang, menusuk hati tanpa menggoreskan luka fisik. Sembuhnya lama.   Siapa yang tidak kenal dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan? Lelaki yang lahir di Toba Samosir itu sering menerima hujatan dan guyonan oleh netijen Indonesia. Julukan “Menkosaurus” menjadi stereotip yang melekat pada lelaki tersebut. Menteri Segala Urusan disematkan tidak begitu saja, beralasan. Bapak Luhut merasa jenggah? Pasti! Ada juga menteri dalam kabinet Jokowi yang menjadi sorotan publik sekarang ini, yaitu Dokter Terawan Agus Putranto yang menjabat sebagai Menteri Kesehatan. Ia dinilai tidak bisa menangani pandemi saat ini, virus corona atau covid-19. Publik menilai selama Bapak Terawan menjabat, peningkatan kasus corona di Indonesia tidak bisa dikendalikan. Berbagai...