Postingan

Menampilkan postingan dengan label Indonesia

Mengawali karir sebagai seorang akademisi

Mengawali karir sebagai seorang akademisi memang harus siap dengan segala risiko yang ada di depan. Risiko pengabdian di masyarakat, pengabdian pada negara, pengabdian pada ilmu pengetahuan, risiko hidup di dearah terluar, terpencil, dan masih banyak risiko lainnya yang belum tercatat. Risiko-risiko yang disebutkan itu masih sebagian kecil dari yang ada. Meskipun menjadi akademisi penuh dengan risiko-risiko namun tetap tidak menyurutkan tekad dan minat saya menjadi akademisi. Umur yang sekarang baru berusia 27 tahun lebih 7 bulan telah mengantarkan saya menjadi seorang pengajar di salah satu kampus negeri di Indonesia. Sebelum berpindah ke kampus terluar dari wilayah Indonesia, awalnya saya mengajar di kampus yang notabanenya dekat dengan tempat tinggal saya, bahkan masih satu wilayah provinsi. Namun karena suatu hal dan sebab, saya memutuskan untuk mengambil kesempatan bergabung ke kampus di mana saya mengajar sekarang, STAIN Bengkalis. Terletak di wilayah paling luar Indonesia kampus...

Soekarno dan Perempuan

Gambar
Soal perempuan itu soal yang amat penting. Soal perempuan itu adalah soal masyarakat! Dalam bercinta, lelaki berbangga dengan kemenangannya meraih perempuan, sedangkan perempuan berhias dengan ketaklukannya di hadapan lelaki. Lelaki berbangga dengan mengatakan, “Aku telah menaklukkan perempuan A, B, dan C,” dan perempuan berbangga dengan mengatakan, “Aku telah menolak lelaki A, B, dan C.” Ketika seorang lelaki menangis di hadapan perempuan, sesungguhnya ia telah menyentuh keangkuhan perempuan itu, dan ketika seorang perempuan menangis di hadapan lelaki, sesungguhnya ia telah menimbulkan rasa iba lelaki kepadanya. Lelaki memahami apa yang dia dengar, sedangkan perempuan mendengar apa yang dia tidak pahami. Tulisan di atas adalah beberapa kutipan dari Habib M. Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul Perempuan. Perempuan memang menarik untuk dibicarakan. Semua keindahan yang ada dalam dirinya sudah jadi pasti menarik perhatian dari lelaki yang memandangnya. Tanpa suatu sentuh...

Pukulan Berat Presiden Jokowi Dua Menteri Dalam Kabinet Mengundurkan Diri Saat Pandemi

Gambar
Saya merasakan apa yang dirasakan oleh Pak Luhut dan Dokter Terawan. Apalagi jari dari netijen Indonesia sangatlah kejam dalam berkomentar, tajam bagaikan pedang. Mirip seperti lidah tak bertulang, menusuk hati tanpa menggoreskan luka fisik. Sembuhnya lama.   Siapa yang tidak kenal dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan? Lelaki yang lahir di Toba Samosir itu sering menerima hujatan dan guyonan oleh netijen Indonesia. Julukan “Menkosaurus” menjadi stereotip yang melekat pada lelaki tersebut. Menteri Segala Urusan disematkan tidak begitu saja, beralasan. Bapak Luhut merasa jenggah? Pasti! Ada juga menteri dalam kabinet Jokowi yang menjadi sorotan publik sekarang ini, yaitu Dokter Terawan Agus Putranto yang menjabat sebagai Menteri Kesehatan. Ia dinilai tidak bisa menangani pandemi saat ini, virus corona atau covid-19. Publik menilai selama Bapak Terawan menjabat, peningkatan kasus corona di Indonesia tidak bisa dikendalikan. Berbagai...

SEPEDA TURANGGA, SOEHARTO DAN BUDAYA BERSEPEDA DULU HINGGA SEKARANG

Gambar
Ja di, kalian yang sekarang lagi menikmati tren bersepeda, mau mengikuti tren saja atau mau ikutan kaum londo? Atau mau bikin pabrik sepeda seperti “Turangga”?   Tidak asing lagi akhir-akhir ini melihat banyak pemandangan orang-orang yang bersepeda, sampai tidak bisa dihitung lagi pakai jari ! Kalaupun bisa dihitung pakai jari, itu pun harus pinjam jari orang lain atau teman sebelah. Coba pinjam jarinya sampean sini ! Pesepeda sekarang ini kalau dilihat di jalan raya, sudah seperti abang-abang Grab dan GoJek, kesana-kemari melihat mereka berlalulalang. Memang, beberapa bulan ini bersepeda menjadi tren baru bagi masyarakat Indonesia. Bukan hanya kota besar seperti Jakarta, Jogjakarta, Solo dan lainnya, tapi di kota saya pun juga, Tulungagung. Mungkin, bisa jadi alasan bersepeda sekarang menjadi tren disebabkan karena sedang lengangnya jalan karena pembatasan social berskala besar, lalu ada lagi karena banyak yang bingung mencari kegiatan olahraga hingga akhirnya dipilih berse...