Pukulan Berat Presiden Jokowi Dua Menteri Dalam Kabinet Mengundurkan Diri Saat Pandemi
Saya merasakan apa yang dirasakan oleh Pak Luhut dan Dokter Terawan. Apalagi jari dari netijen Indonesia sangatlah kejam dalam berkomentar, tajam bagaikan pedang. Mirip seperti lidah tak bertulang, menusuk hati tanpa menggoreskan luka fisik. Sembuhnya lama.
Siapa
yang tidak kenal dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi,
Luhut Binsar Panjaitan? Lelaki yang lahir di Toba Samosir itu sering menerima
hujatan dan guyonan oleh netijen Indonesia. Julukan “Menkosaurus” menjadi
stereotip yang melekat pada lelaki tersebut. Menteri Segala Urusan disematkan
tidak begitu saja, beralasan. Bapak Luhut merasa jenggah? Pasti!
Ada
juga menteri dalam kabinet Jokowi yang menjadi sorotan publik sekarang ini,
yaitu Dokter Terawan Agus Putranto yang menjabat sebagai Menteri Kesehatan. Ia
dinilai tidak bisa menangani pandemi saat ini, virus corona atau covid-19.
Publik menilai selama Bapak Terawan menjabat, peningkatan kasus corona di
Indonesia tidak bisa dikendalikan. Berbagai gunjingan dan guyonan terus
dilayangkan netijen Indonesia padanya. Sama seperti Bapak Luhut merasa jenggah?
Pasti! Mungkin dalam hatinya Pak Menteri terucap seperti “Jingin, wong-wong podo nyengiti!”
Menkosaurus
Menteri Segala Urusan yang disematkan oleh netijen kepada
Bapak Luhut tentu sangat beralasan. Selain militer, Luhut yang dikenal sebagai
purnawirawan militer Indonesia pernah menjabat di lima kementerian. Mulai dari
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Hak Asasi Manusia, Menteri
Perhubungan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (sekarang),
Menteri Perindustrian hinggan Kepala Staf Kepresidenan, semuanya pernah ia
jabat. Sudah jelas dimana letak stereotipnya? Ya, disitu. Lekat sekali julukan
itu disematkan padanya.
Menurut Pak Luhut, julukan-julukan tersebut membuatnya
sangat terpukul hingga terjatuh dan tak bisa bangkit lagi. Ia merasa sangat
sedih. Pak Luhut merasa bahwa apa yang selama ini ia lakukan, ia kerahkan,
sampai keringatnya bercucuran untuk Indonesia tercinta tidak ada nilainya. Dihadapan
netijen, usaha Pak Luhut hanya “omdo” alias
omong doang, tidak ada hasil nyata.
Hingga pada akhirnya sampai di suatu titik, Luhut memilih untuk mengambil
keputusan yang selama ini memang diinginkan publik: mengundurkan diri.
“Saya akan mengundurkan diri,” ujar Luhut pada suatu
konferensi pers beberapa waktu lalu yang bertempat di gedung Kementerian
Koordinator Bidang kemaritiman dan Investasi, Senin 15 Juni 2020.
Apa yang anda rasakan ketika menjadi reporter yang
sekaligus dari golongan netijen yang sering ngguyoni Pak Luhut? Kalau saya,
mungkin akan bertepuk ria, tentu saja hanya dalam hati. Giblik apa los dol di
depan Pak Luhut yang sedang bersedih hati. Itu bisa melukai dan ninggal tatu.
Demi menutupi rasa sedih dan ketidak berdayaannya, Pak
Luhut berucap “Saya akan mengabdikan diri di bidang pendidikan, kembali pada
jati diri saya, yaitu jiwa raga untuk Indonesia. Mencerdaskan kehidupan
bangsa,” ucap Luhut. Saya juga merasakan kecintaannya terhadap masa depan
pemuda Indonesia.
Mungkin banyak dari anda semua yang tidak mengetahui
dibalik kehidupan Pak Luhut. Sebenarnya ia mempunyai sebuah yayasan yang juga
bergerak di bidang pendidikan. Sebuah Politeknik Informatika di tanahnya sana.
Yayasan tersebut berfokus pada pemberian bantuan pendidikan untuk warga yang
kurang mampu. Kurang patriot apa jiwa Pak Luhut yang seorang purnawirawan
militer ini? Coba saja anda, apa mungkin bisa seperti beliau yang legowo dan kekeuh dengan jiwa cinta Indonesianya.
Dokter Terawan
dan Pandemi
Masa pandemi di Indonesia sekarang ini sedang berada di
masa puncaknya. Kurva data kasus corona mengalami peningkatan setiap harinya.
Hal itu membuat publik Indonesia yang menyaksinan dan mengikuti perkembangan
berita corona menjadi bertanya-tanya, “Kira-kira
Pak Menteri Kesehatan ini bisa nda sih menangani kasus corona ini?”
Publik Indonesia pasti juga merasa was-was ketika mengetahui kasus positif corona menyentuh angka 45
ribu kasus. Awalnya dari 35 ribu melonjak menjadi 45 ribu. Gunjingan dan
guyonan yang nyengiti banyak
dilontarkan netijen di beberapa lama media, seperti twitter.
Selain gunjingan dan guyonan, mungkin dokter Terawan juga
merasa gagal dalam mengawal pandemi ini. Tingginya kasus corona di Indonesia dengan
peningkatan kasus seribu per hari sangat memukul psikis dari dokter Terawan.
“Saya pikir, keputusan yang bijak saat ini yang bisa saya
ambil adalah mengundurkan diri. Publik butuh kepercayaan yang baik terhadap
pemerintah. Saya, tidak bisa menghadirkan kepercayaan itu, disini. Saya
dianggapnya tidak kompeten. Maka, akan sangat baik apabila posisi saya
digantikan oleh orang yang lebih bisa membangun rasa percaya itu di tengah
publik,” ujar Dokter Terawan pada rapat kerja bersama Gugus Tugas Penanganan
Covid-19 di Kantor Kemenkes, Rabu, 17 Juni 2020.
Dokter Terawan tetap berkomitmen akan tetap membantu
proses percepatan penanganan
Covid-19, namun dalam kapasitasnya yang berbeda. Bukan sebagai seorang menteri,
tetapi tenaga kesehatan biasa.
“Mungkin akhir pekan ini saya akan menemui Bapak Presiden
untuk membicarakan hal ini”, ucap dokter Terawan pada media.
Pengunduran diri
Menurut Sekretaris Kabinet, Pramono Anung, keduanya
diterima oleh Bapak Presiden Jokowi di Istana Negara, tepatnya di ruang kerja
presiden. Kepada Jokowi, disaksikan oleh Setkab Pramono Anung dan beberapa staf
lain, Luhut dan terawan mengungkapkan niat untuk mengundurkan diri secara jelas
dan tegas.
Wajah Bapak Presiden ketika mendengar itu seketika
terlihat layu. “Kok ya sekarang, apa nda bisa nunggu pandemi selesai?” Kata
Bapak presiden Jokowi dengan nada bicara khasnya, kalem.
“Nggak bisa, Pak. Lebih cepat lebih baik,” jawab dokter
Terawan.
“Betul sekali!” kata Luhut.
“Ya sudah, nanti siang akan segera pikirkan. Tapi, yang
jelas, saya belum bisa menerima pengunduran diri kalian secara resmi.”
“Siap, Pak. Yang penting kami berdua sudah menyampaikan
maksud dan niatan kami.” Ujar Dokter Terawan. Sama ketika mahasiswa yang sedang
melakukan lobi-lobi pada pihak administrasi maupun sponshorship.
Saya merasakan apa yang dirasakan oleh Pak Luhut dan
Dokter Terawan. Apalagi jari dari netijen Indonesia sangatlah kejam dalam
berkomentar, tajam bagaikan pedang. Mirip seperti lidah tak bertulang, menusuk
hati tanpa menggoreskan luka fisik. Sembuhnya lama.
Luhut, Dokter Terawan, Pramono Anung dan beberapa staf
lain keluar meninggalkan Jokowi sendiri yang tampak gusar memikirkan
pengunduran dua menterinya di masa sulit seperti ini. Tentu bukan perkara yang
sulit bagi presiden untuk memilih orang lain yang berkompeten untuk mengisi
posisi mereka. Dirinya pasti punya banyak rekomendasi orang-orang dan staf di
sekelilingnya. Namun, ini pukulan yang berat bagi Bapak Presiden Jokowi
ditnggalkan dua menteri sekaligus di saat Indonesia sedang berjuang. Masa
dimana sedang membutuhkan support yang menguatkan, masa dimana butuh pundak
untuk bersandar ketika lelah menghadapi hari yang penuh ujian.
Jokowi kemudian dengan layu dan tidak bersemangat
berjalan keluar ruang kerja untuk mencari udara segar.
Mendadak dari arah samping pintu ruang kerja sudah ada
Luhut, Dokter Terawan, Pramono Anung dan beberapa staf membawa kue dengan lilin
menyala. “Selamat ulang tahun Bapak Presiden Jokowi...!” kata mereka kompak.
Bapak Presiden Jokowi kaget tidak terika, njingkat
!. Semuanya kompak bertepuk tangan dan menyanyikan lau “Selamat Ulang
Tahun” dari Jamrud. Bapak Presiden yang sedari tadi tampak gusar dan layu kini
tampak sebal, jengkel, dan gemes. Jingin!
“Jigur, kena lagi,” ucap Bapak Presiden Jokowi sambil
menepuk jidatnya. “Kalau sampai tahun depan seperti ini lagi, tidak perlu
menunggu pengunduran diri, tak pecat kamu, Hut!”
“Ampun, bos!” kata Luhut sambil mlengos.
Bagaimana, sebuah drama yang menarik bukan?
Tentu saja drama di atas hanya dialog imajinatif penulis. Selain aneh, rasanya
juga tidak mungkin ada orang yang cukup bodoh yang mau melepaskan jabatan
menteri yang banyak didambakan oleh banyak orang.
Muhamad Ajip
Tulungagung, Ahad, 6 Dzul Qa’dah 1441 H/28 Juni 2020
Disadur dari mojok.co, Agus Mulyadi, Redaktur Mojok
PukulanBerat Jokowi Ditinggal Dua Menteri Saat Pandemi
Mantap aji.. semoga tulisan2 bagus ini terus lahir dari dirimu
BalasHapusSiap, mas Fajar. ๐
HapusKena prank aku ๐คค sempat bertanya-tanya kok dapat detail percakapan Pak Presiden bersama Menterinya dari mana? Hmmm...
BalasHapusLanjutkeun๐
Korban yang kesekian dari puluhan korban. ๐๐
Hapus