Catatan
Catatan.
Setiap saya mau mengisi suatu materi, entah itu perkuliahan atau acara apapun pasti mengalami "demam panggung", namanya juga belajaran (kata orang Jawa). Saya yakin semua orang juga pernah merasakan hal yang sama. Belajaran itu adalah seseorang yang masih pada tahap terus mencari ilmu, belum merasa puas akan ilmu yang telah dimiliki -ilmu = pengetahuan = maka dia merasa perlu terus untuk belajar. Karena memang pada hakikatnya sebagai manusia biasa, yang terbatas ilmu pengetahuannya, penulis dan kita semua, senantiasa perlu untuk belajar hingga akhir hayat tiba.
Kita diperintahkan untuk belajar اطلب العلم فريضةعلى كل مسلم "menuntut ilmu hukumnya wajib bagi setiap muslim"
ااطلب العلم من المهدإلى الحد
"Tuntutlah ilmu dari buaian (lahir) hingga liang lahat"
Pada saat mengalami demam panggung, saya selalu teringat ibu saya, bagaimana beliau dengan tekunnya mencari rezki untuk menghidupi saya dan mensejahterakan saya, begitu juga ingat akan usaha bapak saya bagaimana beliau berjuang mengayuh sepeda untuk mengantarkan anaknya daftar sekolah karena anaknya satu ini dulunya pemalu dan tidak percaya diri di depan umum. Lantas, bagaimana saya bisa mengecewakan beliau semua? Lalu, bagaimana cara saya mengatasi demam panggung pada diri saya?
Istri saya pernah berucap "Yen ndredeg, ora pede, njenengan kirim fatihah, tawassul marang muallif kitab (pengarang), marang tiyang sepuh, lan marang kanjeng Nabi Muhammad SAW" tidak lain dan tidak bukan tujuan mengirimkan fatihah dan tawassul ini agar dipermudah dalam menyampaikan materi dan membawa barokah bagi yang hadirin semua. Ternyata benar saja, sebab apa yang dikatakan istri saya ini tidak ada salahnya. Sebab ini adalah ilmu laku -ilmu yang diambil dari apa yang dicontohkan guru-gurunya, begitu juga guru saya-. Di setiap akan membacakan sebuah kitab atau menyampaikan suatu materi, maka beliau-beliau mengirimkan fatihah terlebih dahulu untuk muallif, guru maupun orang tua. Maka, inilah jalan amaliyah yang saya tempuh sebelum menyampaikan suatu materi pada khalayak semua.
بسم الله الرحمن الرحيم
يا أيها الذين أمنوا الله وابتغوا إليه الوسيلة
"Wahai orang-orang yang beriman takutlah kamu kepada Allah, dan carilah jalan (wasilah/peraturan)"
Bertawassul -perantara berdo'a- melalui orang shaleh (kanjeng Nabi Muhammad SAW, guru, pengarang kitab, orang tua, wali) sesungguhnya diperbolehkan, sebab tidak ada larangan bahkan dianjurkan. Mengutip salah satu pendapat dari Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki menjelaskan bahwa pad intinya tawassul adalah boleh, sebab esensinya tawassul atau mengirim fatihah sejatinya juga memohon pada Allah SWT. (Lihat Sayyid Muhammad bin Alwi bin Abbas Al-Hasani Al-Maliki, "Mafahim Yajibu an Tushahhah, Surabaya, Haiatus Shafwah Al-Malikiyyah, tanpa catatan tahun, halaman 124-125). Maklum saja istri saya berucap seperti halnya di atas, sebab ia lekat dengan dunia pesantren dalam kehidupannya. Di pesantren, kita diajarkan tentang berbagai adab. Adab murid terhadap guru, adab terhadap ilmu, dan adab lainnya. Benar saja, ketika sudah tawassul, perasaan terasa lebih adem, tenang, damai sebab semua sudah dipasrahkan pada Tuhan. Bagian kita untuk berusaha sudah ditunaikan, urusan hasilnya serahkan pada Tuhan. Ini adalah catatan untuk diri penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Dan untuk mengisi acara Celhs. perdana dengan tema "Gus Dur, Kemanusiaan dan Indonesia" semoga bisa berjalan dengan lancar, khidmat dan penuh barokah. Dan untuk guru penulis, juga guru kita semua semoga kemuliaan dan keberkahan ilmu menaAamiin,
Wonosari (Timur), Bengkalis, 6 Juni 2022/6 Dzulqa'dah 1443 H
Muhamad Ajip,
Catatan yang keren
BalasHapusMatur nuwun, bu Nur
HapusIzin share ,, catatan yg menarik untuk di baca :)
BalasHapusMonggo, silahkan. Semoga bermanfaat
HapusPengalaman yang mungkin dialami banyak orang Pak. Hanya beda cara mengatasinya.
BalasHapusBenar, Pak.
Hapus