KANJENG NABI SAW, DUNIA LAGI RAME

 

Wes ra kurang-kurang sayange Kanjeng Nabi Muhammad SAW marang umate. Pokoke terus sholawat! Kanjeng Nabi Muhammad SAW kersane ngerti sampean lewat sholawat, dudu babakan boikot-boikotan. Ojo sampek ngunu kui mboikot sholawate sampean!

Duh, Kanjeng Nabi SAW!

Mungkin, Panjenengan sampun pirso kejadian di dunia ini seperti apa sekarang. Pasti banyak malaikat-malaikat yang membawa berita ke hadapan Rabb-Mu dan Panjenengan mengetahuinya. Sekarang tanggal 14 Rabi’ul Awal 1442 Hijriyah/31 Oktober 2020 di salah satu tempat sana (Prancis) terjadi suatu peristiwa yang membuat dunia gempar.

Panjenengan digambarkan ke dalam sebuah karikatur, Kanjeng Nabi SAW. Itu yang membuat dunia ini gempar. Banyak orang umatmu mengecam perbuatan tersebut. Berbagai macam aksi penolakan dan kecaman dilakukan. Mulai dari memboikot seluruh produk dari Prancis, memfoto barang-barangnya lalu diberikan narasi boikot produk Prancis, membuat video dan bermcam lainya. Charlie Hebdo sebuah majalah di Prancis memuat gambar karikatur Panjenengan. Alasanya sederhana, yaitu kebebasan berekspresi. Namun dalam agama kula, menggambarkan sosok Panjenengan itu dilarang.

Masih belum lepas dari peristiwa gambar karikatur itu, Kanjeng Nabi SAW, terjadi suatu peristiwa lagi yang menggemparkan dunia. Bagaikan rentengan kembang api disulut salah satu ujung sumbunya, terjadi rentetan ledakan, terus menerus. Setelah gambar karikatur Panjenengan, terjadi pemenggalan kepala guru oleh seorang pemuda yang mengaku beragama Islam. Alasanya, karena guru tersebut mengangkat gambar karikatur Panjenengan dan memberikan tugas untuk menggambarnya ulang. Dianggap melecehkan Panjenengan, maka kepala sang guru dipenggal oleh salah satu muridnya. Tanpa proses keadilan, nyawa seseorang melayang.

Kula yakin, tindakan pemenggalan tersebut salah. Kenapa harus ada pemenggalan ketika ada pertaubatan? Namun, perbuatan sang guru dan majalah Hebdo tersebut juga salah. Dua peristiwa ini menambah panjang rentetan distorsi antara Islam dengan non-muslim. Tentang kebebasan berekspresi (liberté) yang dijunjung tinggi Prancis, namun kebablasan, maka akan menabrak kesetaraan (égalité) dan persaudaraan (fraternité). Kula jadi teringat apa yang diajarkan oleh Gus Dur, “Jika anda tidak ingin dibatasi, maka jangan membatasi. Kita sendirilah yang harusnya tahu batas-batasnya”.

Terceletuk, “Mau ikutan juga upload barang dari negara sana (yang lagi rame) dibuang, lalu difoto, dan diupload, kasih caption “gitu… gitu…”, tapi eling yen kahanane nda ngunu. Barange gaonok. Tandane aku gaoleh ngoten niku. Wes, biasa wae. Wes ra kurang-kurang sayange Kanjeng Nabi Muhammad SAW marang umate. Pokoke terus sholawat! Kanjeng Nabi Muhammad SAW kersane ngerti sampean lewat sholawat, dudu babakan boikot-boikotan. Ojo sampek ngunu kui mboikot sholawate sampean!” Bagi Kula, Panjengan Kanjeng Nabi Muhammad SAW tetaplah manusia Mulia.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUKUM DAGANG (Kepailitan)

Sebuah catatan: Pengabdian di Perbatasan Negeri Jiran

SEPEDA TURANGGA, SOEHARTO DAN BUDAYA BERSEPEDA DULU HINGGA SEKARANG