KOMUNIKASI DAN DIALOG ANAK

Satu perspektif. Ini diskusi..

Anak merupakan titipan dari Tuhan untuk dua orang ibu bapaknya. Ia adalah rejeki yang harus dijaga. Selain itu, ia juga harus didik dengan akhlak yang baik agar bisa meneladani semua kebaikan orang tuanya (ibu bapak). Anak memang dilahirkan oleh ibu bapaknya, namun dia hanya titipan untuk melanjutkan turunannya. Apabila baik akhlak yang dicontohkan orang tua, maka besar pula kemungkinan baik akhlak anaknya.


Saya sangat tidak setuju dengan cara mendidik anak dengan kekerasan baik fisik maupun verbal. Apapun itu, tidak setuju. Saya sangat meyakini bahwa anak yang didik dengan kekerasan juga bisa berfikir melawan. "Kenapa saya dibeginikan? Kenapa tidak begini dan begini? Saya hanya ingin diperhatikan dan dimengerti", anak mungkin bisa berfikir seperti itu. Yang kita perlu tahu adalah, bahwa mereka juga manusia. Diciptakan dengan bekal yang sama dengan orang tua yang dulunya juga anak-anak. Ada panca indera, ada akal, dan ada hati.


Berbicara kepada anak juga baiknya diniatkan untuk memberikan pengetahuan bahwa ini benar dan ini kurang benar, baiknya begini. Saya sering memperhatikan anak yang didik dengan verbal yang tidak baik sejak kecil, maka akan jadi tidak baik waktu dewasa. Alasanya adalah penggunaan verbal yang tidak baik sudah menjadi kebiasaan. Mereka pasti berpikir bahwa berkata seperti ini tidak apa-apa karena dulu orang tuaku juga seperti ini. Anak yang tidak mempunyai nalar kritis dan keinginan melawan pemikiran itu, maka dia akan mengikuti arus. Jadilah anak tersebut tidak baik juga verbalnya. Namun, ketika ada anak yang mempunyai nalar kritis, pasti akan melawan. Disaat inilah moment dimana orang tua sering membungkam pendapat anak.


Di realitas masyarakat kita, bahkan mungkin -tidak menutup kemungkinan- kita sendiri sebagai orang tua berada di posisi seperti itu. Bukanya mengajukan ide pembanding dan pengarahan, namun A harus A, tidak boleh B. Seringnya orang tua akan menekan dan memerintahkan anak untuk menurut. Saya sering menemukan yang seperti itu. Menurut pengamatan saya, anak dengan metode pengajaran yang seperti itu akan tergolong acuh pada orang tuanya. Tidak akan banyak peduli.


Baiknya, apabila terjadi hal seperti itu dilakukanlah komunikasi dan dialektika ulang antara orang tua dan anak. Penggunaan nada tinggi, verbal yang kasar ditiadakan. Saya jadi teringat kalimat ini, "Perkataan lembut akan mampu melunakkan hati yang sekeras batu. Begitu pula perkataan kasar akan mampu mengeraskan hati yang lembut". Menggunakan penuturan yang lembut dan mengolahkan dengan logika akan mampu mengarahkan pengetahuan anak. Kesampingkan ego atau perasaan, A harus A. Solutif dalam berkomunikasi, perkecil kemungkinan menjadikan hati anak tidak enak.


Kenapa di sekolah ada kesiswaan dan guru bimbingan konseling (BK)? Kesiswaan hadir untuk menertibkan mereka -siswa- yang tidak menaati atau tidak tertib di sekolah. Setelahnya ditertibkan, maka berlanjutlah ke guru BK yang akan memberikan edukasi atau pengetahuan pada siswa tanpa justifikasi kasar. Pengarahan demi pengarahan dilakukan dengan logika yang bisa diterima siswa. Tentu tanpa verbal kasar.


Saya sungguh tidak menyetujui ketika ada orang tua yang mendidikan anaknya dengan verbal yang kasar. Apalagi dengan kekerasan fisik hingga memukul, sangat tidak setuju. Ya, dalam situasi atau keadaan yang bisa ditoleransi itu bisa dibenarkan. Namun, setelah itu perlu kiranya ada komunikasi dan dialog lagi pada anak setelah hal tersebut terjadi. Memberi pengertian. Sama seperti tadi, kesiswaan menertibkan, BK memberikan pengertian.


Kembali lagi, ini adalah sebuah diskusi. Tolong koreksi apabila masih ada yang perlu diisi atau kekurangan dalam isi.


Muhamad AjiP,

Tulungagung, 21 Shafar 1442 H/9 Oktober 2020

Komentar

  1. Balasan
    1. Tidak boleh mencontoh perilaku buruk, maka berilah yang baik. Saya selalu mencoba menerapkannya pada diri saya sendiri saat mengajar. Semoga kita bisa memberikan teladan baik pada anak keturunan kita. 🙏

      Hapus
  2. لسان الحال افصح من لسان المقال...��

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUKUM DAGANG (Kepailitan)

Sebuah catatan: Pengabdian di Perbatasan Negeri Jiran

SEPEDA TURANGGA, SOEHARTO DAN BUDAYA BERSEPEDA DULU HINGGA SEKARANG