Negara Solutip/Mereka (individu-individu) Terdepan
Menjadi kembang desa, namun juga jadi perbincangan heboh tidak benar, Dian. Sudah bersusah payah bekerja, meniti karir di luar sana, namun tiada benar di mata tetangga. Menyedihkan.
"Yo ora ngono, kan yo mesake bu lurah, je. Wes dewean, uripe ngunu kui.. kan yowes wayahe to desane adewe ki nduwe lurah sing satsetsatset ngunu lo!"
"Piye lek Dian wae sing dadi lurah? Pasti dadi, bapak-bapak pasti setuju". Sahut Gotrek, laki-laki supir truk di film TILIK.
Menjadi kembang desa, namun juga jadi perbincangan heboh tidak benar, Dian. Sudah bersusah payah bekerja, meniti karir di luar sana, namun tiada benar di mata tetangga. Menyedihkan.
Jika dilihat kembali dari cerita para ibu-ibu itu, sosok yang disebut Dian ini adalah seorang perempuan pekerja keras. "Yo ora lo, yu. Kok aku ngenthengne bandane Dian ki yo ora. Tapi, opo iyo yen kerjo bener kui jektas wae iso tuku koyo ngunu kui?" Bu Tedjo. Sejak keluar dari Sekolah Menengah Atas (SMA) diceritakan ia sudah bekerja demi mencukupi kebutuhannya. Ditinggal oleh sosok ayah dan hanya tinggal dengan ibunya, membuat ia lebih memilih bekerja daripada melanjutkan kuliah. Anak muda yang seperti ini patut untuk dicontoh semangat juangnya. Dia pun juga _ndolor_ atau bisa disebut mampu menimbang mana yang menjadi prioritas. Dunia keras, lur! (Jare ngunu?)
Menjadi perempuan merdeka yang mampu mempertanggungjawabkan pilihannya dan tidak terkurung oleh omongan publik tetangga, saya mendukungnya. Yen kata anak twitter "Nyambut gawe o sing mempeng nganti dikiro tonggomu gawe pesugihan". Keren kan? Tak pelak sosok Dian yang perempuan mandiri ini dikira menggunakan susuk sebagai pemikat lewat paras ayunya. Sebentar, kalau membicarakan tentang susuk, saya jadi teringat perempuan masa dulu. Katanya, perempuan zaman dahulu ketika kecantikannya ngembo-embo ayune ratuning jagad itu menggunakan susuk sebagai pemikatnya. Katanya juga, benda yang digunakan sebagai perantaranya juga berbagai macam. Mulai dari paku, perak, emas sampai intan berlian. Wah, kira-kira lebih mahalan mana antara susuk zaman dulu dengan harga skincare sekarang? Oke, itu PR bagi pembaca semua. Mungkin nanti ada judul penelitian "Vis a vis efektivitas susuk dan skincare studi Pulau Jawa", siapa tahu?
Namanya juga manusia, tidak luput dari kesalahan dan pandangan iri sesama. Bukan hanya sesama, setan pun juga iri terhadap manusia. Ya sudah, urusan iri dan dengki itu sak karepem. Jare, iri dengki kui tanda tak mampu? Yen jare kakung, sifat iri, dengki, srei kui nda apik. Dadike ati lan pikiran cupet, milo perlu dihindari -sing adoh- agar tidak memiliki hati cupet.
Betapa sabarnya Dian ketika dibicarakan di atas bak truk. Itu saja hanya dalam durasi kurang lebih 30 menit. Bagaimana di kehidupan nyata? Bayangkan! Memang apa yang dikatakan ibu-ibu di atas truk itu sebagian ada benarnya juga. Ketika ditunjukkan Dian berada di dalam satu mobil dengan ayahnya Fikri. Tapi, disana menurut saya pribadi, apa yang menjadi perbincangan Dian sosok yang tidak baik, panggilan dan lainnya masih kurang tepat. Dilihat kembali saat ibu-ibu turun dari truk untuk buang air kecil. Tampak pembicaraan antara Gotrek, bu Tedjo, dan Yu Ning di pelataran mushola/masjid.
"Yo ora ngono, kan yo mesake bu lurah, je. Wes dewean, uripe ngunu kui.. kan yowes wayahe to desane adewe ki nduwe lurah sing satsetsatset ngunu lo!"
"Piye lek Dian wae sing dadi lurah? Pasti dadi, bapak-bapak pasti setuju", Sahut Gotrek.
Dapat dimengerti bahwa sebenarnya bu lurah dan pak lurah sudah bercerai. Bu lurah hanya tinggal anaknya yang bernama Fikri. Ketika perempuan mencintai laki-laki yang mereka pilih dan statusnya jelas, maka boleh saja. Coba lihat pasal 6 UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Boleh, asal statusnya jelas. Hanya saja, kenapa Dian tidak langsung menikah dengan pak lurah?
Selama ini Dian diisukan sedang dekat dengan Fikri, anak dari bu lurah dan pak lurah sebagai pacar atau calon istrinya. Padahal sejatinya tidak seperti itu. Dian dekat Fikri karena ingin memperoleh hatinya agar bisa pak lurah menikah dengannya. Sebut saja minta restu atau izin dari anak calon suaminya. Bukannya sosok Dian ini ternyata sopan, punyah unggah-ungguh, tata krama pinedha, tidak langsung (kata orang Jawa) bras brus, kabeh ditabraki. Ia tahu, bahwa kelak Fikri akan menjadi anak sambungnya. Maka, ia berusaha memperoleh hatinya. Yen jare Yu Sam, itu lo yang suaminya sudah nda bisa attahiyat. "Dian kui memange bocahe semanak tur grapyak. Ya nda kaget yen akeh sing seneng", tutur Yu Sam di atas bak truk memberi penjelasan ke Bu Tedjo dan Yu Ning. Sakke,
Setiap manusia itu merdeka sejak dilahirkan. Mereka mempunyai hak yang sama.
Muhamad AjiP,
Tulungagung, 7 September 2020
Mantab Dian, eh Mas Ajip. Hehe episode sudut pemikiran yang brilian. :D
BalasHapusRealitas yang ada di kehidupan sekitar kita, mba. Nelangsa..
Hapus