Ini Pertanyaan, Bagaimana Suluk Literasi Para Ulama'?
Sekali lagi, apa resep dari kemampuan para ulama' menuliskan ratusan kitab hingga bisa menjadi bahan rujukan sampai sekarang? Saya takjub!
![]() |
Buku Suluk Sunan Gunung Jati |
Ngrekso badan agar tidak kalah dengan kemalasan adalah suatu perjuangan melawan penjajahan. Seperti melawan Nedherland yang sudah menjajah Indonesia selama 3.5 abad, lama banget, berat banget. Salah satu kemalasan yang dimaksud adalah pada literasi. Kegiatan berliterasi seperti membaca dan menulis sejatinya penting dilakukan. "..salah satu mengikat ilmu adalah dengan mengulang-ulang dan menuliskannya".
Seperti yang disebutkan Imam Ghazali, "Jika kau.. bukan anak raja, juga bukan anak ulama besar.. maka menulislah.." karena memang kegiatan menulis bisa membuat pemikiran yang ada pada tulisan tersebut abadi. Akan dibaca berulang-ulang oleh generasi selanjutnya, juga bisa dikutip kembali.
Saya takjub apabila teringat para ulama' yang menuliskan ratusan kitab disela kepadatan kegiatannya. Kiranya, apa resep dari kemampuan tersebut? Kemalasan sering kali menghampiri. Alasan utamanya adalah karena badan yang lelah seharian bekerja, sehingga keinginan untuk menulis pudar. Sekali lagi, apa resep dari kemampuan para ulama' menuliskan ratusan kitab hingga bisa menjadi bahan rujukan sampai sekarang? Saya takjub!
Kemampuan menuliskan sebuah pemikiran itu saya yakin tidak hanya saja modal menulis, namun juga dibarengi dengan membaca. Barokahnya banyak baca, jadi banyak tahu. Kembali lagi, apa resepnya?
Muhamad AjiP,
Tulungagung, 25 Muharram 1442 H/13 September 2020
Mengingatkan pada dawuh Gus Baha saat bersilaturrahim dumateng Abi Quraisy beberapa waktu lalu. "Barakah banyak baca." Mantab Mas Aji. Jadi ikut kepo, kira-kira resepnya apa ya?
BalasHapusMari kita cari resepnya, mba. Kalau sudah tahu, bagi². Tasarruf ilmu. Hehee
HapusTerimakasih diingatkan untuk membaca. Tulisannya mantab
BalasHapusTerimakasih atas setiap inspirasi dalam tulisannya, bu. 🙏
Hapus