PLAFON, IKAN, DAN AUSTRALIA
Tanpa kemerdekaan berpikir, manusia tidak akan ada, tanpa eksistensi.
Apa yang pertama kali terlintas dibenak ketika dimunculkan kata plafon, ikan, dan Australia? Mungkin bisa ditebak, plafon yang dibayangkan adalah langit-langit rumah. Ikan, bisa jadi yang muncul dibenak bermacam-macam ikan, bisa ikan mas, ikan lele di pasar, dan lain sebagainya. Sedangkan, Australia bisa jadi yang muncul adalah hewan kanguru sebagai hewan khas negara sana. Lalu, apa hubungannya semua itu? Tenang, disimak dulu cerita yang mungkin tidak lucu ini.
Kopi ijo susu panas khas daerah Tulungagung tersaji di atas meja. Ditemani bermacam gorengan, udud Surya dan Surya Pro, dua kang-kang (pemuda) memperbincangkan suatu hal. Ada topik menarik dalam sesi persambatan dan pengghibahan kali ini. Dulu semasa kecil, masih duduk di Madrasah Ibtidaiyah, Kakang satu ini tidak mau tidur di rumah orang tuanya sendiri. Mulai awal masuk MI hingga menginjak kelas tujuh SMP tidak tidur di rumah. Katanya tidur di rumah orang tuanya itu tidak enak. Lalu ia tidur dimana?
Sampean turune nek ndi, Kang?
Jadi ngene, Kang. Aku awit cilik (semasa MI) ndak pernah turu di omah. Aku turune di omahe budheku. Sore ngono iko, budal ngaji tekan omah sambil nggowo sarung, mengko bali ngaji langsung di omahe budheku. Gak adoh (tidak jauh) sih tekan omah, namung wetan kunu, sebelahan.
Selama suwene tahun sampean turune di omahe budhe, terus isuke pas budhal sekolah ngono piye?
Nek isuk (pagi) budal sekolah tekan omah. Dadi isuk-isuk wes tangi, adus, bali muleh di omah. Di omah iku gawe apa? Gawe sarapan karo (sama) njupuk sangu. Bocah edan, pulang ke rumah cuma buat sarapan dan minta uang saku. Tapi, tidak apa-apalah, itu tidak lebih dari tingkah seorang bocah yang belum ndolor, orang Jawa bilang durung Jawa. Daripada seorang anak yang pulang-pulang minta bagian warisan tanah? Tambah repot!
Alasannya sederhana bagi anak sekecil itu kenapa tidak mau tidur di rumah orang tuanya sendiri, hanya karena di rumahnya belum terpasang plafon atau disebut eternit. Namanya juga anak kecil, bilangnya seperti itu pasti juga didukung faktor lainnya. Bisa juga karena tanpa plafon nanti akan kelilipan. Iya, matanya kelilipan debu yang jatuh dari atap. Tapi, memang alasannya. Ketika ditanya apa alasannya tidak tidur di rumah, jawabnya tanpa plafon mata akan kelilipan. Masuk akal juga alasannya, bocah cerdas!
Sambil menghisap udud Surya Pro dan mengembuskan asapnya, Lha piye, Kang? Biyen iseh cilik.
Katanya, kebetulan di rumah budhenya sudah terpasang plafon, jadi kalau tiduran tidak kelilipan matanya. Gara-gara plafon!
Cerita lainnya, ketika kang satu ini mengawinkan ikan, bermula dari situ ia bisa pergi ke Australia. Aku biyen tahu ngawinke iwak, hasile aku iso dolan tekan Australia.
Lha piye iku, ikan kawin sampean tekan Australia? Lak unik iki judule.
Ngono kui pokok ceritane, iwak kawin, hasile aku iso dolan di Australia.
Dadi iwake ngono kui, jebule sampean oleh lotre hadiah dolan tekan kono? Hebat! Sambil mematikan puntung rokok Suryanya ke asbak.
Ya, jadi begitulah tulisan kali ini. Bagaimana, tidak lucu? Tidak masalah, terima kasih sudah membaca tulisan ini. Tanpa pembaca, tulisan akan tetap menjadi ide yang tidak akan tersebarkan. Hingga akhirnya mengendap, hilang dan dimakan rayap.
O iya, kang satu itu memang nggledhis, kalau orang Jawa menyebutnya seperti itu. Istilahnya ia seorang anak yang tidak bisa diam, yang ada di otaknya hanya penasaran dan penasaran. Isinya banyak pertanyaan tentang ini apa, itu apa, bagaimana, mengapa dan lain sebagainya. Tapi, jangan berpandangan buruk terlebih dahulu apabila menemukan anak yang seperti itu. Justru ia yang seperti itu apabila diarahkan dan diberi pengetahuan yang benar dan tepat akan sangat berpotensi menjadi manusia hebat. Jangan diputus pemikiran dan pertanyaan-pertanyaannya ke dalam sebuah kurungan yang mengekang. Tanpa kemerdekaan berpikir, manusia tidak akan ada, tanpa eksistensi.
Dari kenggledhisan itu ia mendapatkan penghargaan ketika mengikuti salah satu lomba keterampilan siswa di tingkat provinsi. Ya itu tadi, lombanya berkaitan dengan pengawinan ikan. Hingga, dari penghargaan itu berlanjut mendapatkan beasiswa studi di kampus dalam negeri dan akomodasi studi pembelajaran di Australi. Ya begitulah.
Muhamad AjiP
Tulungagung, 26 Dzuhijjah 1441 H/16 Agustus 2020
Jangan lupa, besok upacara bendera jam 10 pagi.
Mantab. Perkawinan silang ikan membuahkan jalan jalan ke Benua lain
BalasHapusPengalaman teman saya yang membawa kebermanfaatan melalui cerita, bu. Jadi termotivasi untuk memiliki prestasi lebih lagi. 🙏😊
Hapus