NGUTANG DAN BAYAR HUTANG SEBUAH TULISAN

Apalagi ia hidup dalam sebuah komunitas kepenulisan yang setiap minggunya mewajibkan anggota untuk menyetor hasil tulisannya. Ada hak yang dikandungnya dan kewajiban yang harus ditunaikannya.

[Anggap saja gambar bayar utang tulisan]

Bangun di hari Ahad (Minggu) pagi yang teringat sebuah hutang. Pernah? Setiap orang pasti pernah bangun dari tidur yang pertama kali diingat adalah hal tersebut. Suatu masa dia ngutang (bahasa Jawa) kepada teman atau saudara, di masa yang datang dia diharuskan membayarnya. Kembali lagi, bangun tidur di hari Ahad yang sebenarnya itu adalah weekend, namun yang teringat adalah ngutang dan bayar hutang. Nda masuk?

Boleh saja seperti itu, seharusnya bersyukur bahwa yang pertama kali diingat adalah kewajiban. Itu baik. Kewajiban baik itu ada dua, yaitu baik kepada Allah (Tuhan) dan baik kepada makhluk (dalam konteks ini manusia). Sebagai contoh kewajiban baik kepada Tuhan yaitu dengan mengingat segala yang telah diberikan-Nya. Sedangkan kepada makhluk, salah satunya adalah bayar hutang. Manusia satu dengan lainnya sudah dipastikan saling membutuhkan.

Suatu unsur pokok dalam sosial ialah, bahwa sosial itu adalah sesuatu yang berkenaan dengan manusia. Bukankah apabila kita berpikir tentang sosial yang kita bayangkan pertama kali adalah manusia; kelahiran seorang anak, kematian, jual beli, hutang piutang, dan lain sebagainya. Artinya, kita tidak bisa berbicara tentang social tanpa mengingat manusia. Di dalamnya (sosial) ada hubungan antara manusia satu dengan lainnya. Interaksi dalam kegiatan terkandung hak dan kewajiban yang saling berkaitan.

Namun, berbeda ketika ia hidup sendiri di sebuah pulau terpencil. Bisa jadi kehidupannya dikarenakan terdampar akibat kecelakaan kapal karam atau bisa jadi memang kemauannya sendiri (nyepi: Bahasa Jawa). Hidup sendirian di sebuah pulau yang masih banyak pepohonan dan hewan. Ia bebas berburu dan menebang sekemauannya, tanpa harus memikirkan hak orang lain dan kewajibannya. Itu ketika ia hidup dalam kesendirian. Kasihan.

Mengutip pendapat dari Prof. Kartohadiprodjo, ketika manusia hidup dalam sebuah kelompok, maka perilakunya harus disesuaikan. Ia tidak bisa sekemauannya sendiri. Ini sudah paten dan tidak terbantahkan. Apa yang disebut oleh Aristoteles, manusia sebagai zoon politicon (makhluk social) saling membutuhkan satu dengan lainnya adalah benar. Macam-macam kegiatan manusia yang saling membutuhkan, ambil contoh saja ngutang dan membayar hutang. Pernah sebagai seorang yang consist menulis mempunyai sebuah hutang tulisan. Apalagi ia hidup dalam sebuah komunitas kepenulisan yang setiap minggunya mewajibkan anggota untuk menyetor hasil tulisannya. Ada hak yang dikandungnya dan kewajiban yang harus ditunaikannya.

Ketika tidak mampu untuk menyetorkan tulisan maka diwajibkan untuk mengganti di hari lainnya. Ini bukan bentuk sanksi sebagaimana jatuhnya pada hukuman yang bersifat negative. Tapi, ini sebagai bentuk pengingat “akan kewajibanmu” yang harus ditunaikan. Juga, sebagai bentuk mendidik tentang kedisiplinan serta konsistensi dalam menulis. Tidak jarang, mungkin, ditanya seperti ini “Mana tulisanmu? Biasanya setiap hari Ahad muncul tulisanmu di story atau blog pribadimu. Tapi, minggu ini tidak ada, kenapa?”

Tidak jarang ditanya seperti itu, pasti. Memang terasa berbeda ketika kebiasaan yang mengandung unsur hak kepada liyan tidak ditunaikan. Tidak hanya kita yang merasa, namun orang lain itu juga. Maka, itu akan terasa menjadi sebuah hutang, artinya kita ngutang dan diwajibkan bayar hutang pada mereka. Ngutang dan bayar hutang sebuah tulisan, iya. Memang ketika sudah masuk ke dalam kelompok yang konsisten dalam dunia kepenulisan, tidak setor itu dianggap hutang. Tulisan ini sejatinya adalah ngutang dan bayar hutang sebuah tulisan di kelompok tadi.

 

Muhamad AjiP,

Tulungagung, 19 Dzuhijjah 1441 H/9 Agustus 2020

Komentar

  1. Mantab. Kepikiran dengan utang tulisan kita.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Utang wajib dibayarkan, maka terus kepikiran untuk ditunaikan. Lega rasanya ketika bisa membayarnya.

      Terimakasih sudah mampir, bu. 🙏😊

      Hapus
  2. Mari menulis setiap hari walaupun hanya satu paragraf

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siap, Prof.
      Terimakasih atas saran dan masukannya. 🙏😊

      Hapus
  3. Balasan
    1. Bisa membayar utang itu suatu kenikmatam yang melegakan. Alhamdulillah..,
      Mohon bimbinganipun Pak Ahmad. 🙏😊

      Hapus
  4. Utang owh utang. Dalam KBBI tertulis utang bukan hutang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih koreksinya, kang Dewar. Nderek madzhabnya njenengan.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUKUM DAGANG (Kepailitan)

Sebuah catatan: Pengabdian di Perbatasan Negeri Jiran

SEPEDA TURANGGA, SOEHARTO DAN BUDAYA BERSEPEDA DULU HINGGA SEKARANG