Setiap Karya Patut Dapat Apresiasi Kok !

Bingung mau menulis. Ya, ditulis saja apa yang ada dipikiran.

Bingung mau menuliskan apa saja yang terlintas di pikiran. Begitu banyaknya gagasan dan pemikiran, namun kurang dalam aksi, mengakibatkan malas dalam diri hingga kebingungan melanda sendiri. Khawatir, “Kira-kira tulisannya bakal dibaca oleh banyak orang nda, yaa?”. “Bagaimana jika seperti ini … dan seperti ini … ?”. Seringlah seperti itu ketika hendak mau menulis.
Mulai dari kemarin tentang lagu milik Kekeyi - Keke Bukan Boneka yang trending di Youtube Indonesia, hingga sepeda “Turangga” yang pernah berjaya melegenda sampai sekarang. Itu semua menjadi pemikiran-pemikiran yang sering muncul belakangan ini. Kira-kira mana yang akan aku tulis terlebih dahulu? Yaudah, dimulai saja dulu.
Kekeyi dengan lagunya “Aku Bukan Bonekamu” menjadi trending topic di lini media Youtube bahkan instagram yang katanya miliki kaum glowing namun mengaku “berwajah kentang”. Berwajah kentang, kira begini kalau ditafsiri, dianggapnya buruk, lebus (orang Jawa menyebutnya), udik, nda glowing (padahal aslinya tanpa filter pun sudah glowing). Itu tidak jauh dari kritikan warga net (netizen) yang berkomentar tentang fisik Kekeyi yang dikata dia jelek, udik, buruk tidak pantas jadi artis. Sebenarnya itu bukan sebuah kritikan, lebih tepatnya disebut sebagai hujatan dan perundungan, body shaming. Perbuatan ini bukan budaya milik kita. Orang Indonesia yang terkenal ramah, sumringah, dan welas asih, sejatinya tidak begini. Tidak pantas!
Ketika beralih dari instagram ke twitter (bukan maksud mediskriditkan salah satu), yang katanya oleh anak twitter disebut sebagai media sosialnya anak receh, sangat berbeda seratus depalan puluh wolu ewu derajat. Mungkin asalnya disebut twitter sebagai media sosialnya anak receh karena disini tidak memandang kondisi fisik berdasarkan skincare, menterengnya turangga yang dimiliki atau wisma-nya yang dihuni. Lalu, dipandang dari apanya? Dipandang dari pemikirannya. Yang ada hanya hasil buah pikir yang remeh dan receh (uang koin itu lo, receh! Bukan gepokan uang kertas berwarna-warni merah biru hijau, namun bukan kelabu), tapi menghibur. Seperti tweet kang Maman pagi ini. Iyaa.. kang Maman itu lo ! Iyaa, kang Maman yang itu lo.. dikandani ! Kang Maman yang menjadi notulen di acara ILC (Indonesia Lawyers Club).
Alih-alih mengomentari fisik Kekeyi, kang Maman memberikan pembacaan dengan sudut pandang yang berbeda.  “Keke Bukan Boneka ditonton 32 juta kali dalam dua pekan sejak diunggah. Hebat ! Iya, banget. Dibanding saya yang nulis 21 buku dalam 7 tahun, oplagnya nggak sampai 1/10-nya. Angka Berbicara.” Mungkin yang dimaksud “oplah” karena typo jadi “oplag”. Oplah yaitu jumlah barang cetakan yang diedarkan. Dua puluh satu buku dalam 7 tahun dan telah diedarkan masih kalah dengan satu video yang ditonton 32 juta dalam dua pekan sejak diupload. Tidak ada body shaming maupun hujatan, yang ada adalah apresiasi.
Masih tentang Kekeyi. Beberapa hari lalu ada tweet juga tentant Keke dari seorang muslimah, tokoh muda yang mempunyai pemikiran kritis tentang gender, aktif di GusDurian, baru menjadi istri dari penerbit mojok. Kalis Mardiasih.”Jangan pada ngeledikin kekeyi lu pada. Biasanya ntar lagunya diputer di emol (mall), di kafe, di indomaret, di seluruh dunia, trus tau-tau lu apal (kamu hafal) trus tau-tau pas lagi nyetir udah jadi lagu kebanggaan kita semua pas lagi nunggu lampu merah.” Bukan juga tentang body shaming, apresiasi yang lakukan oleh Kalis. Dari sini saya percaya, bahwa “Apa yang kita baca akan membentuk paradigm kita”.
Body shaming tidak dibenarkan oleh agama manapun. Ketika Abu Dzar
al-Ghiffari berdebat tentang pasukan, lalu menghina fisik Bilal. Abu Dzar marah dan mengungkapkan kalimat tentang Bilal yang orang berkulit hitam hingga menyinggung fisik ibundanya. Bilal mengadukan hal tersebut kepada Rasulullah. Abu Dzar yang mengetahui kemudian menemui Rasulullah dan memberi salam. Namun, diriwayatkan bahwa Rasulullah tidak membalas salam tersebut dan langsung menegur Abu Dzar. “Wahai Abu Dzar, engkau telah merendahkannya dengan menghina ibunya.” Dan menurut ahli tafsir tentang sikap Rasulullah ini sebagai bentuk kekecewaan dan kemarahan beliau. Semua ulama sepakat bahwa Nabi Muhammad SAW sangat tidak suka jika orang menghina fisik orang lain.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan(mengolok-olok) kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah kalian suka saling mencela. Dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman. Dan barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim. QS. Al-Hujaraat (49): 11

Kalau saja Kekeyi merasa dihina dan tercemar nama baiknya, maka jelas ia bisa melakukan laporan ke pihak yang berwajib atas aduan tindak pidana penghinaan dan pencemaran nama baik. Pasalnya nanti sajalah ya, ditulisan dalam artikel yang lain. (Tentang tindak pidana penghinaan di media social bisa cek pasalnya di UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik jo. UU No. 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik). Namun, tradisi dan budaya masyarakat kita (khususnya Jawa) tidak mengajarkan seperti itu, lebih memilih “Gusti Allah mboten sare (Tuhan tidak tidur)”, artinya pasti Tuhan akan membalas semua tindakan penghinaan itu melalui tangan-Nya langsung. Memang inilah sebenarnya budaya kita, sikap yang dicontohkan Kalis, kang Maman, dan Gusti Allah mboten sare, adalah benar.
Capek ya ngomongin Kekeyi dan segala bebannya? Sama, capek juga kalau mikirin orang lain. Lebih baik memikirkan kontribusi diri sendiri terhadap negeri, apa yang sudah dilakukan untuk Indonesia? Apa yang sudah dilakukan untuk masyarakat sekitar? Apa yang sudah dilakukan untuk tetangga yang membutuhkan? Memang, suatu karya itu tidak untuk dilihat dan dihujat. Namun, karya lahir untuk dinikmati dan diapresiasi. Seperti karya milik Kekeyi dan tulisan kalian (termasuk saya disini).
Apabila dalam suatu karya masih ada yang kurang, itu lumrah saja, namanya juga ciptaan manusia, tidak sempurna. Yang sempurna itu milik Andra the Backbone (Sempurna).
Suatu kalimat berkelebat dipikiran, “Nda papa, pokoknya menulis saja dulu, urusan nanti ada yang baca atau tidak, yang baca banyak atau tidak, itu nanti. Itu bonus ketika sudah menghasilkan karya.” Begitu kiranya kalimat itu menabrak tembok tinggi ketidak percayaan diri dalam berliterasi. Senada dengan itu, muncul lagi sebuah kalimat, “…pokoknya apa saja, kapan saja, dimana pun, usahakan untuk membuat catatan. Entah baik atau buruk, yang terpenting tulis saja dulu idenya. Nanti, pasti bisa dikembangkan lagi ketika membuka catatan itu (catatan tadi). Tulis saja!” Bagai pesawat yang dibajak teroris berpikiran radikal dan menabrak gedung Washington D.C pada 11 September 2001 dulu. Gempar, heboh! Sama, ketika batin keinginan menulis terhalang tembok tinggi dan kemudian ditabrak motivasi, seketika batinnya gempar, guncang dan heboh “Aku kudu nulis, saiki !”. Pokokmen, nulis ! Jadi, kalau bingung mau menulis. Ya, ditulis saja apa yang ada dipikiran.

Muhamad Ajip,
Plosokandang, Tulungaggung, 22 Syawal 1441 H - 14 Juni 2020

Komentar

  1. Balasan
    1. Terima kasih, bapak Naim.
      Sangat ditunggu komentar, kritik dan saran di setiap tulisan saya. Sangat membantu dan membangun semangat untuk terus menulis. 🙏

      Hapus
  2. Sepakat, pokoe nulis, nulis dan nulis. Hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seperti yang didawuhkan beliau (guru literasi, bapak Naim), "..receh pun kalau dikumpulkan bisa buat beli mobil". Begitu pun tulisan. Hehihehi, pasti bisa jadi buku.

      Hapus
  3. Selamat terbangun kembali dari tidur panjangmu duhai sobat #kitaperludiskusi
    semoga tulisanmu tidak berakhir disini
    doakan q segera bisa meramaikan per blog an juga wkwkw

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terbangun dari tidur panjang. Seperti lagunya Wali band, hehee..
      Support terus sobat, hidupkan literasi #kitaperludiskusi.com

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUKUM DAGANG (Kepailitan)

Sebuah catatan: Pengabdian di Perbatasan Negeri Jiran

SEPEDA TURANGGA, SOEHARTO DAN BUDAYA BERSEPEDA DULU HINGGA SEKARANG